Merayakan Ulang Tahun dalam Islam dan Hukum Tiup Lilin

Merayakan Ulang Tahun dalam Islam dan Hukum Tiup Lilin – Sahabat muslimah, semoga kita senantiasa selalu dalam lindungan Allah SWT dan terus belajar untuk menjadi hamba yang bertaqwa.

Mengikuti tradisi sah-sah saja selama didalamnya mengandung unsur-unsur kebaikan seperti mempererat silaturahmi, berbagi rezeki (sedekah), saling mendoakan dan bersyukur atas nikmat dan karunia Allah SWT.

Nah, bagaimana dengan tradisi yang saat ini sudah menjadi kewajiban, keharusan bahkan menjadi kebiasaan tahunan yakni melakukan acara ulang tahun dengan tiup lilin?

Merayakan Ulang Tahun dalam Islam dan Hukum Tiup Lilin

Sahabat muslimah, merayakan ulang tahun dengan meniup lilin dan party atau pesta yang disertai dengan alunan musik merupakan budaya non Muslim, meniup api merupakan budaya orang yahudi.

Rasulullah bersabda:

مَنْ تَشَبَّهَ بِقَوْمٍ فَهُوَ مِنْهُمْ

Artinya: “Barangsiapa yang menyerupai suatu kaum, maka dia termasuk bagian dari mereka.” (HR. Abu Dawud)

Melihat hadits diatas, jelas bahwa tradisi seperti ini tidak boleh dijadikan kebiasaan umat Islam, mengapa? karena ini sudah biasa dilakukan oleh orang Yahudi dan Nasrani dan bahkan umat Islam pun banyak yang terbiasa menjadikan ini sebagai tradisi tahunan.

Merayakan Ulang Tahun Dalam Islam dan Hukum Tiup Lilin

Memang segala sesuatu tergantung pada niatnya. Jika kita merayakan ulang tahun dengan cara lebih mendekatkan diri kepada Allah, misal berpuasa di setiap hari kelahiran, sebagaimana Rasulullah SAW pun melakukan hal tersebut.

Diriwayatkan dari Abu Qotadah Al-Anshari r.a.: “Rasulullah SAW pernah ditanya mengenai puasa pada hari senin, maka beliau menjawab: itu adalah hari dimana aku dilahirkan, dan hari dimana aku diutus atau diturunkan wahyu atasku.” (HR. Muslim)

Dilihat dari hadits di atas, Rasulullah ternyata juga merayakan hari ulang tahunnya, dan umat Islam pun merayakannya dengan berpuasa pada hari senin.

Kesimpulan

Sahabat Muslimah, sering kita menyaksikan kebiasaan ulang tahun dengan berdoa sebelum meniup lilin (api) artinya itu menyerupai kaum Majusi yang berdoa kepada api. Majusi itu agama tua, nama nabinya Zoroaster, tempatnya di Iran, masih ada api abadi.

Jadi kesimpulannya adalah bersyukur dihari kelahiran itu boleh, ada dalilnya. Nabi ketika ditanya kenapa berpuasa pada hari ini Ya Rasulullah, lalu jawab Rasulullah, hari ini aku lahir, boleh bersyukur pada hari kelahiran, tanggal kelahiran, atas nikmat umur, muhasabah diri, memberi makan kepada anak-anak yatim, berpuasa, berdoa berdzikir sebagai tanda penuh syukur masih diberi waktu dan kesempatan untuk lebih baik lagi.

Jadi jelas bahwa merayakan ulang tahun boleh saja tetapi tidak dengan cara mengikuti kaum Majusi, karena siapa yang ikut tradisi suatu kaum, dia bagian dari kaum itu. Nanti diakhirat akan dibangkitkan bersama dengan orang yang diikuti. Na’udzubillahi min dzalik.

Semoga tulisan ini tentang “Merayakan Ulang Tahun dalam Islam dan Hukum Tiup Lilin” bisa memberikan manfaat kepada kita semua sesama Muslim, bismillah lakukan apa yang Rasulullah ajarkan. Memberi ucapan pun boleh yang tidak boleh merayakannya dengan tiup lilin, make a wish sebelum meniup, joget-joget dan bernyanyi.