Kisah Nabi Ismail Singkat Dan Hikmahnya

Kisah Nabi Ismail Singkat – Kali ini catatanmoeslimah akan menuliskan sebuah kisah dari seorang nabi yang bernama Ismail ‘alaihis salam yang merupakan anak dari seorang nabi juga yaitu Nabi Ibrahim A.s. dan Siti Hajar.

Cerita atau kisah singkat ini mudah-mudahan bisa menambah pengetahuan bagi sahabat semua tentang kehidupan seorang Nabi yang harus diketahui ini. Jadi tidak hanya mengenal nama-nama 25 nabi yang wajib diketahui saja, tetapi juga mengetahui bagaimana sejarah kehidupannya dan kenapa ia termasuk kedalam golongan orang yang diistimewakan oleh Allah Ta’ala.

Kisah Nabi Ismail Singkat Dan Hikmahnya

Kisah Nabi Ismail Singkat

Nabi Ismail adalah seorang nabi dan rasul, anak dari nabi Ibrahim dan Siti hajar. Mereka adalah orang yang pertama kali mendiami kota Mekkah dan orang pertama kali yang membangun Baitullah (Ka’bah).

Beliau dikenal arif dan memiliki kepribadian yang mulia. Nama Nabi Ismail pun telah disebutkan dalam Alquran sebanyak 12 kali. Nabi Ismail ini memiliki keturunan yang banyak dan anak cucunya menjadi orang-orang yang baik.

Nabi Ismail diangkat menjadi nabi dan rasul pada tahun 1850 sebelum Masehi. Dan beliau wafat pada tahun 1779 sebelum Masehi di kota Mekkah al Mukarromah.

Salah satu kisah populer tentang Nabi Ismail adalah peristiwa tentang awal mula ibadah kurban dan bagaimana air zam-zam ada hingga saat ini. Tak hanya itu, kisah ketaatan beliau pun dalam menghadapi ujian dari Allah patut dijadikan sebagai teladan.

Nabi Ismail Dan Hajar Di Tinggalkan Oleh Ayahnya Nabi Ibrahim

Kejadian ini berawal dari kecemburuan Sarah terhadap Hajar istri kedua Nabi Ibrahim.

Al-Bukhari meriwayatkan dari Ibnu Abbas r.a.:

“Orang Pertama yang menerapka setagi {setagen} adalah Hajar istri Nabi Ibrahim, dengan tujuan menyembunyikan kandungannya dari Sarah. Karena sarah sudah lama menikah dengan Nabi Ibrahim, namun belum di karuniai anak. Akan tetapi cara hajar untuk menyembunyikan kandungan akhirnya terbongkar dengan lahirnya Nabi Ismail As.

Setelah mengetahui semuanya, tentunya Sarah merasa telah dikalahkan dan cemburu terhadap Hajar karena Nabi Ibrahim memberikan perhatian lebih kepada Hajar karena putranya, semenjak itulah rumah tangga Nabi Ibrahi mulai retak. Sehingga membuat Sarah tidak tahan hati jika melihat Hajar. Kemudian Sarah meminta kepada Nabi Ibrahim As supaya menjauhkan Hajar dari matanya.

Setelah peristiwa yang di alami Nabi Ibrahim, kemudian Nabi Ibrahim di beri wahyu oleh Allah, supaya semua keinginan dan permintaan Sarah agar dipenuhi. Kemudian dengan rasa berat hati Nabi Ibrahim pun membawa Hajar dan Ismail keluar dari mesir tanpa arah dan tujuan. Beliau hanya membawa mereka keluar dari rumah.

Namun Nabi Ibrahim tetap bertawakkal dan berserah diri kepada Allah yang akan memberi arah kepada untanya.

Setelah berminggu-minggu Nabi Ibrahim serta Anak dan Istrinya berada dalam perjalanan jauh yang melelahkan, tibalah Nabi Ibrahim As di Makkah.

Yang mana sekarang menjadi Masjidil Haram, kemudian berhentilah unta Nabi Ibrahim mengakhiri perjalanannya.

Di situlah Nabi Ibrahim As meninggalkan Hajar bersama Nabi Ismail, dengan hanya dibekali dengan bekal dan minuman seadanya.

Sedangkan keadaan di sekitarnya tidak ada satupun tumbuh-tumbuhan, bahkan air yang mengalir, yang terlihat hanyalah hamparan batu dan pasir kering.

Alangkah sedih dan cemasnya Hajar ketika akan ditinggalkan oleh Nabi Ibrahim seorang diri bersama anaknya yang masih kecil. Yang mana di tempat yang sunyi senyap dari apapun terkecuali hanya batu gunung dan pasir.

Setelah Nabi Ibrahim As mendengar keluh kesah Hajar, Beliaupun merasa tidak tega untuk meninggalkan Hajar seorang diri bersama puteranya yang sangat beliau sayangi.

Akan tetapi Nabi Ibrahim sadar bahwa semua yang telah beliau lakukan adalah perintah Allah swt. Sehingga membuat yakin Nabi Ibrahim As akan hikmah di balik semua ini.

Sehingga Nabi Ibrahim pun memberi motivasi kepada Hajar.

“Wahai Hajar, bertawakal-lah kepada Allah yang telah menentukan kehendak-Nya, percayalah kepadanya dan rahmat-Nya. Allah lah yang memerintah aku membawamu ke tempat ini, maka Allah lah yang akan melindungimu dan menyertaimu di tempat yang sunyi ini. Sesungguh kalau bukan perintah dari Allah, tidak akan aku tega meninggalkanmu di sini seorang diri bersama puteraku yang sangat kucintai. Percayalah wahai Hajar, bahwa Allah Yang Maha Kuasa atas segalanya tidak akan melantarkanmu berdua tanpa perlindungan-Nya. Rahmat dan barakah-Nya akan tetap turun kepadamu untuk selamanya, insya-Allah.”

Munculnya Mata Air Zam-zam

Nabi Ibrahim meninggalkan istrinya dan anaknya yang masih menyusu di padang sahara. Ibu Ismail menyusui anaknya dan mulai merasakan kehausan. Pada saat itu sinar matahari sangat panas sehingga membuat manusia akan mudah merasa haus.

Setelah dua hari, habislah air dan keringlah air susu si ibu. Hajar dan Ismail merasakan kehausan dan makanan telah tiada sehingga saat itu mereka merasakan kesulitan yang luar biasa. Ismail mulai menangis kehausan dan ibunya meninggalkannya untuk mencarikanny air. Siti Hajar berjalan dengan cepat dan berlari-lari hingga sampai di suatu gunung yang bernama Shafa. Ia menaikinya dan meletakkan kedua tangannya di atas keningnya untuk melindungi kedua matanya dari sengatan sinar mata­hari.

Ia mulai mencari-cari sumber air atau seseorang yang dapat membantunya atau kafilah atau musafir yang dapat menolongnya atau berita namun semua harapannya itu gagal. Ia segera turun dari Shafa dan ia mulai berlari dan melalui suatu lembah dan sampai ke suatu gunung yang bernama Marwah. Ia pun mendakinya dan melihat apakah ada seseorang tetapi ia tidak melihat satu orangpun.

Si ibu kembali ke anaknya dan ia masih mendapatinya dalam keadaan menangis dan rasa hausnya pun semakin bertambah. Ia segera menuju ke Shafa dan berdiri di atasnya, kemudian ia menuju ke Marwah dan melihat-lihat. Ia berbolak balik, pulang dan pergi antara dua gunung yang kecil itu sebanyak tujuh kali. Oleh karenanya, orang-orang yang berhaji berlari-lari kecil antara Shafa dan Marwah sebanyak tujuh kali. Ini adalah sebagai peringatan terhadap ibu mereka yang pertama dan nabi mereka yang agung, yaitu Ismail.

Setelah putaran ketujuh, Hajar kembali dalam keadaan letih dan ia duduk di sisi anaknya yang masih menangis. Di tengah-tengah situasi yang sulit ini, Allah SWT menurunkan rahmat-Nya. Ismail pun memukul-mukulkan kakinya di atas tanah dalam keadaan menangis, lalu memancarlah di bawah kakinya sumur zamzam sehingga kehidupan si anak dan si ibu menjadi terselamatkan.

Si ibu mengambil air dengan tangannya dan ia bersyukur kepada Allah SWT. Ia pun meminum air itu dan anaknya, dan kehidup­an tumbuh dan bersemi di kawasan itu. Sungguh benar apa yang dikatakannya bahwa Allah SWT tidak akan membiarkannya selama mereka berada di jalan-Nya. Kafilah musafir mulai tinggal di kawasan itu dan mereka mulai mengambil air yang terpancar dari sumur zamzam. Tanda-tanda kehidupan mulai mengepakkan sayapnya di daerah itu. Ismail mulai tumbuh dan Nabi Ibrahim menaruh kasih sayang dan perhatian padanya, lalu Allah SWT mengujinya dengan ujian yang berat.

Perintah Menyembelih Nabi Ismail

Pada suatu malam, nabi Ibrahim bermimpi dalam tidurnya dimana beliau diperintahkan oleh Allah untuk menyembelih anaknya ismail. Mimpi itu pun membuat hati Nabi Ibrahim bergejolak. Namun Sebagai utusan Allah, Nabi Ibrahim tidak “menggugat” perintah Allah SWT.

Setelah itu Nabi Ibrahim As masih berpikir bagaimana caranya menyembelih Ismail. Namun Nabi Ibrahim memberanikan diri untuk langsung berbicara kepada Ismail, karena lebih membuat Nabi Ibrahim tenang. Kemudian, Nabi Ibrahim As pergi untuk menemui Ismail, saat itu Ismail masih tumbuh remaja.

“Ibrahim: ‘Wahai anakku, sesungguhnya aku melihat di dalam mimpi, aku menyembelih mu, maka bagaimana pendapatmu. ” (QS. Ash-shaffat: 102)

“Ismail : “Wahai ayahku, kerjakanlah yang diperintahkan Tuhanmu. Insya Allah engkau mendapati ku sebagai orang-orang yang sabar.” (QS. ash-Shaffat: 102)

Setelah mendengar jawaban dari Ismail, Nabi Ibrahim pun merasa lebih tenang hatinya, karena Ismail telah memberi motifasi kepada Ayahnya untuk menunjukkan kecintaanya kepada Allah SWT.

Allah Swt telah menjelaskan di dalam Al-quran, bahwa Ismail tertidur di atas tanah dan wajahnya tertelungkup di atas tanah sebagai bentuk hormat kepada Nabi Ibrahim agar saat ia menyembelihnya Ismail tidak melihatnya, begitupun sebaliknya.

Kemudian Nabi Ibrahim As mengangkat pisaunya sebagai perintah Allah SWT:????

“Tatkala keduanya telah berserah diri dan Ibrahim, membaringkan anaknya atas pelipis(nya), (nyata lah kesabaran keduanya).” (QS. ash-Shaffat: 103)

Saat pisau Nabi Ibrahim sudah siap untuk digunakan sebagai perintah dari Allah SWT, Allah SWT pun memanggil Nabu Ibrahim As. Selesailah ujian Nabi Ibrahim, Allah pun menggantikan Ismail dengan kurban yang sangat besar.

Peristiwa inilah yang diperingati Orang muslim sebagai hari raya Idul Adha, yang mana hari raya yang mengingatkan kepada beliau tentang Islam yang hakiki yang dibawa dan di sebarkan oleh Nabi Ibrahim dan Ismail.

Ismail Membantu Ayahnya Membangun Kabah

Nabi Ismail As dibesarkan di kota Makkah (pekarangan Kabah). Setelah dewasa, beliau menikah dengan wanita dari Suku Jurhum. Walaupun tinggal di Makkah, Nabi Ismail As sering dikunjungi oleh ayahnya.

Sekitar tahun 1892 SM, Nabi Ibrahim menerima wahyu dari Allah agar membangun Ka’bah. Hal itu pun disampaikan kepada Nabi Ismail. Nabi Ismail pun berkata:

“Kerjakanlah apa yang diperintahkan Tuhanmu kepadamu dan aku akan membantumu dalam pekerjaan mulia itu.”

Ketika membangun Ka’bah, Nabi Ibrahim berkata kepada Ismail:

“Bawakan batu yang baik kepadaku untuk aku letakkan di satu sudut supaya ia menjadi tanda kepada manusia.”

Kemudian Malaikat Jibril datang menemui Nabi Ismail untuk memberi ilham supaya mencari batu hitam untuk diserahkan kepada Ayahnya Nabi Ibrahim. Setiap kali beliau bekerja membangun Ka’bah, beliau selalu berdoa memohon kepada Allah:

“Wahai Tuhan kami, terimalah dari pada kami (amalan kami), sesungguhnya Engkau Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.”

Bangunan Ka’bah pun mulai tinggi dan Nabi Ibrahim pun makin lemah untuk mengangkat batu. Beliau pun berdiri di satu sudut dekat Ka’bah, dan kini dikenali sebagai Maqam Ibrahim.

Ismail Diangkat Menjadi Nabi

“Dan ceritakan lah (Muhammad), kisah Ismail di dalam Kitab (Al-Quran). Dia benar-benar seorang yang benar janjinya, seorang rasul dan nabi.” (QS. Maryam [19]: 54)

Setelah sekian lama Ismail mendampingi ayahnya menyebarkan agama Allah. Beliau pun diangkat oleh Allah menjadi Nabi dan Rasul.

Karena selain memiliki akhlak yang mulia. Nabi Ismail juga sangat taat kepada Allah SWT, berbakti kepada kedua orang, menepati janji, dan bijaksana.

Nabi Ismail As di tugaskan berdakwah di kota Makkah untuk mengajak dan mengingatkan umat manusia agar menyembah Allah SWT dan bertakwa kepada-Nya.

Nabi Ismail As wafat di kota Makkah. Tempat wafatnya dinamakan Hijr Ismail. Yang sampai saat ini pun masih ada keberadaannya yang bertempat di sebelah bangunan Ka’bah. Sedangkan Nabi Ismail As di karuniai 12 anak lelaki dan seorang anak perempuan yang dinikahkan dengan anak saudaranya, yaitu Al-’Ish bin Ishak.

Dari keturunan Nabi Ismail As lah lahir Nabi yang menjadi penyempurna agama islam yakni Nabi besar Muhammad Saw.