Adab Berbicara Dengan Orang Tua Dalam Islam

Adab Berbicara Dengan Orang Tua Dalam Islam – Sahabat Muslimah, tentu setiap anak wajib hukumnya berbakti kepada kedua orang tua. Hal ini sesuai dengan perintah baik yang ada di dalam Al-Qur’an maupun hadits. Baik dalam berinteraksi dengan orang tua juga anak harus memperhatikan rambu-rambu etika yang disebut adab.

Nah, apa saja sih adab dalam berbicara khususnya kepada orang tua?. Untuk lebih jelasnya silahkan simak ulasan pembahasan berikut ini.

Adab Berbicara Dengan Orang Tua Dalam Islam

Adab Berbicara

 

Tentu dalam hal apapun, terutama dalam berkomunikasi kepada orang lain harus menyesuaikan bagaimana kita berinteraksi. Hal ini juga berlaku kepada orang tua, apalagi kita lebih banyak berinteraksi kepada  mereka. Sudah semestinya kita dalam hal berbicara harus tahu mana batasan yang harus kita jaga agar tidak menyakiti hati orang tua. Apalagi dalam islam kita diwajibkan berbakti kepada orang tua baik dalam keadaan apapun.

Maka oleh sebab itu kita sebagai umat muslim dan pelajar Islam, harus menunjukkan kata-kata yang baik dalam setiap bicara. Berikut ini adalah beberapa adab atau etika berbicara yang dituntun dalam Islam:

1. Berkata Baik Atau Diam

Adab Nabawi dalam berbicara adalah berhati-hati dan memikirkan terlebih dahulu sebelum berkata-kata. Setelah direnungkan bahwa kata-kata itu baik, maka hendaknya ia mengatakannya. Sebaliknya, bila kata-kata yang ingin diucapkannya jelek, maka hendaknya ia menahan diri dan lebih baik diam.

2. Tidak Mendahului Mereka Dalam Berbicara

Sebagaimana Abdullah bin Umar radhiallahu’anhu menerapkan adab ini. Beliau berkata:Artinya : “Kami pernah bersama Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam di Jummar, kemudian Nabi bersabda: ‘Ada sebuah pohon yang ia merupakan permisalan seorang Muslim’. Ibnu Umar berkata: ‘sebetulnya aku ingin menjawab: pohon kurma. Namun karena ia yang paling muda di sini maka aku diam’. Lalu Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam pun memberi tahu jawabannya (kepada orang-orang): ‘ia adalah pohon kurma’” (HR. Al Bukhari 82, Muslim 2811).

3. Sedikit Bicara Lebih Utama

Orang yang senang berbicara lama-lama akan sulit mengendalikan diri dari kesalahan. Kata-kata yang meluncur bak air mengalir akan menghanyutkan apa saja yang diterjangnya, dengan tak terasa akan meluncurkan kata-kata yang baik dan yang buruk. Ka-rena itu Nabi Shallallaahu alaihi wa Salam melarang kita banyak bicara.

4. Dilarang Membicarakan Setiap yang Didengar

Manusia diciptakan dari berbagai macam sifat beragam dan campur aduk; shalih, fasik, munafik, musyrik dan kafir. Karena itu, setiap perkataan manusia tentu ada yang benar dan dusta, ada yang baik dan ada yang buruk. Sebab ada kaidah dalam Islam soal kata-kata, “Siapa yang membicarakan setiap apa yang didengarnya, berarti ia adalah pembicara yang dusta.”

5. Jangan Mengutuk dan Berbicara Kotor

Mengutuk dan sumpah serapah dalam kehidupan modern yang serba materialistis sekarang ini seperti menjadi hal yang dianggap biasa. Seorang yang sempurna akhlaknya adalah orang yang paling jauh dari kata-kata kotor, kutukan, sumpah serapah dan kata-kata keji lainnya. Maka kita menghindari sikap mengejek, memperolok-olok dan memandang rendah orang yang berbicara.

6. Jangan Senang Berdebat Meski Benar

Saat ini, di alam yang katanya demokrasi, perdebatan menjadi hal yang lumrah bahkan malah digalakkan. Ada debat calon presiden, debat calon gubernur dan seterusnya. Pada kasus-kasus tertentu, menjelaskan argumentasi untuk menerangkan kebenaran yang berdasarkan ilmu dan keyakinan memang diperlukan dan berguna.

Tetapi, berdebat yang didasari ketidaktahuan, ramalan, masalah ghaib atau dalam hal yang tidak berguna hanya membuang-buang waktu dan berpengaruh pada retaknya persaudaraan dan menimbulkan permusuhan.

7. Dilarang Berdusta Untuk Membuat Orang Tertawa

Dunia hiburan (entertainment) menjadi dunia yang digemari oleh sebagian besar umat manusia. Salah satu jenis hiburan yang digandrungi orang untuk menghilangkan stress dan beban hidup yang berat adalah lawak. Dengan suguhan lawak ini orang menjadi tertawa terbahak-bahak, padahal di dalamnya campur baur antara kebenaran dan kedustaan, seperti memaksa diri dengan mengarang cerita bohong agar orang tertawa. Mereka inilah yang mendapat ancaman melalui lisan Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Salam dengan sabda beliau:

Artinya : “Telah menceritakan kepada kami [Musaddad bin Musarhad] berkata, telah menceritakan kepada kami [Yahya] dari [Bahz bin Hakim] ia berkata; telah menceritakan kepadaku [Bapakku] dari [Bapaknya] ia berkata, “Aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Celakalah bagi orang yang berbicara lalu berdusta untuk membuat orang lain tertawa. Celakalah ia, celakalah ia.” (HR. Abu Daud , dihasankan oleh Al-Albani).

8. Hendaknya berbicara dengan suara yang dapat didengar, tidak terlalu keras dan tidak pula terlalu rendah

Ungkapannya jelas dapat dipahami oleh semua orang dan tidak dibuat-buat atau dipaksakan.

Dalil kedua ada di atas adalah hadits Al Musawwir bin Makhramah radhiallahu’anhu mengenai bagaimana adab para Sahabat Nabi terhadap Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam, disebutkan di dalamnya: “Jika para sahabat berbicara dengan Rasulullah, mereka merendahkan suara mereka dan mereka tidak memandang tajam sebagai bentuk pengagungan terhadap Rasulullah” (HR. Al Bukhari).

9. Jangan membicarakan sesuatu yang tidak berguna

Hadis Rasulullah saw menyatakan, “Termasuk kebaikan islamnya seseorang adalah meninggalkan sesuatu yang tidak berguna.” (HR. Ahmad dan Ibnu Majah).

10. Tenang dalam berbicara dan tidak tergesa-gesa

Aisyah ra telah menuturkan, “Sesungguhnya Nabi apabila membicarakan sesuatu pembicaraan, sekiranya ada orang yang menghitungnya, niscaya ia dapat mengihitungnya.” (Muttafaq ‘alaih).

11. Menghindari perbuatan menggunjing (ghibah) dan mengadu domba

Allah berfirman yang artinya, Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purba-sangka (kecurigaan), karena sebagian dari purba-sangka itu dosa. Dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang.” (QS. Al-Hujarat: 12).

12. Mendengarkan pembicaraannya

Kepada siapapun kita harus mendengarkan pembicaraan dengan baik dan tidak memotongnya, juga tidak menampakkan bahwa kamu mengetahui apa yang dibicarakannya, tidak mengganggap rendah pendapatnya atau mendustakannya.

13. Menghindari perkataan kasar, keras, dan ucapan yang menyakitkan perasaan

Menghindari perkataan kasar, keras, dan ucapan yang menyakitkan perasaan, dan tidak mencari-cari kesalahan pembicaraan orang lain dan kekeliruannya, sebab hal tersebut dapat mengundang kebencian, permusuhan, dan pertentangan.

Demikian tentang Adab Berbicara Dengan Orang Tua Dalam Islam. Semoga bermanfaat dan dapat kita amalkan dalam berkomunikasi sehari-harinya khususnya kepada orang tua kita semua. Terimakasih.