Detik-Detik Wafatnya Maryam Ibunda Nabi Isa as – Kisah ini dapat memberikan motivasi kepada kita umat muslim untuk selalu menjaga ketaqwaan kita kepada Allah SWT, karena dunia ini hanyalah kenikmatan sesaat. Semoga saat waktunya tiba, dimana kita menghadap ilahi dalam keadaan yang husnul khatimah.
Dan cerita ini juga memberikan gambaran kepada kita tentang sakitnya saat dicabut nyawa. Semoga cerita ini dapat menambah keimanan kita dan bermanfaat bagi kita semua yang membacanya.
Adapun cerita ini diambil dari sebuah kitab Durrotun Nashihin oleh Usman Al-Khaibawi.
Detik-Detik Wafatnya Maryam
Diriwayatkan dari Wahab bin Munabbih dari neneknya idris ia berkata: “Telah saya dapatkan disebahagiaan kitab bahwa Nabi Isa as berkata kepada ibunya”: “Sesungguhnya kampung atau dunia ini adalah kampung yang akan punah dan kampung yang akan hilang dan sesungguhnya akhirat adalah kampung yang kekal. Maka marilah duhai ibuku (bersama saya).”
Maka keduanya berangkat ke gunung Libanon dan mereka berpuasa pada siang harinya dan berdiri untuk mendirikan sholat pada malam hari. Keduanya hanya makan dari daun pohon-pohonan serta minum dari air hujan. Mereka tinggal cukup lama di tempat itu. Pada suatu hari, Nabi Isa turun dari gunung dan pergi ke jurang untuk mengambil rumput yang akan dimakan mereka saat berbuka. Ketika beliau turun, datanglah Malaikat juru pati (kepada ibunya) seraya bersalam: “Assalamu’alaiki ya Maryam yang patuh berpuasa dan beribadah di malam hari“.
Maryam berkata: “Siapa engkau, sungguh kulitku, badanku gentar karena takut akan suaramu, terasa hilang pula akalku dari wibawamu“.
Malaikat: “Saya adalah Malaikat yang tidak kasihan kepada anak kecil karena kecilnya, dan tidak kenal memuliakan orang besar atau orang tua karena kebesarannya atau tuanya dan saya adalah yang mencabut ruh“.
Maryam: “Hai Malaikat, untuk berkunjungkah engkau datang atau untuk mencabut ruh?”
Malaikat: “Bersiap-siaplah engkau untuk mati!”
Maryam: “Apakah engkau tidak memberi izin kepadaku supaya datang dahulu anak kasih sayangku, yang menjadi buah hatiku, buah indah mataku dan menjadi penawar harum risau hatiku?”
Kata Malaikat: “Saya tidak diperintah untuk itu, dan saya hanya hamba yang diperintah. Dan demi Allah saya tidak mampu mencabut jiwa seekor nyamukpun, maka saya sungguh telah dipperintah oleh Tuhan agar supaya saya tidak menyia-nyiakan selangkahpun sehingga saya mencabut ruhmu ditempat ini“.
Maryam: “Hai Malaikat pencabut jiwa, engkau telah menerima perintah Allah, maka laksanakanlah perintah itu“.
Maka Malaikat mendekatinya dan mencabut ruhnya.
Nabi Isa Bertemu Ibunya Yang Sudah Wafat
Nabi Isa datang terlambat. Ketika ia datang membawa rumput dan kubis dari jurang, ia melihat ibunya tengah berdiam di tempat sholatnya. Dia mengira ibunya sedang menunaikan sholat. Kemudian dia meletakkan rumput dan menghadap kiblat dan terus berdiri sampai malam hari.
Kemudian ia melihat ibunya lagi dan memanggilnya dengan suara lirih: “Assalamu’alaiki, wahai ibu sungguh telah datang waktu malam dan telah berbuka pula orang-orang yang berpuasa dan telah berdiri orang-orang yang beribadah, mengapa engkau tidak berdiri beribadah kepada Tuhan Yang Maha Pengasih?”
Maka Nabi Isapun berkata: “Sungguh didalam tidur itu terdapat kelezatan“.
Nabi Isa masih menunggu ibunya untuk berbuka bersamanya, dan sesekali ia menyapa: “Assalamu’alaiki yaa ummaahu!”.
Maka iapun kembali dan menghadap tempat ibadahnya sampai terbit fajar. Lalu ia meletakkan pipinya pada pipi ibunya dan meletakkan mulutnya pada mulut ibunya sambil menyerukan dengan menangis keras sekali: “Assalamu’alaiki yaa ummuhu, sungguh malam telah berlalu dan datanglah siang. Ini adalah waktu menunaikan kewajiban pada Tuhan Yang Maha Esa“.
Maka menangislah para malaikat di langit dan demikian juga para jin yang berada disekitarnya lagi pula bergoncanglah gunung di bawahnya.
Kemudian Allah memberikan wahyu kepada para Malaikat: “Apakah yang membuat kamu semua menangis?”
Allah memberi wahyu lagi: “Sungguh Aku Maha Mengetahui dan Aku Maha Penyayang“.
Tiba-tiba waktu itu ada suara menyeru: “Hai Isa, angkatlah kepalamu, sesungguhnya ibumu telah meninggal dunia dan Allah telah melipat gandakan pahalamu“.
Maka Isa mengangkat kepalanya sambil menangis dan berkata: “Siapakah temanku dikala sunyi dan waktu aku sendirian? dan siapakah yang aku ajak bercengkrama dirantauanku serta siapa pula yang membantu aku dalam ibadahku?”
Allah memberi wahyu kepada gunung: “Hai gunung, nasihatilah Ruhku (Isa)“
Kata gunung: “Hai Ruh Allah (Isa), apakah arti kesusahanmu itu, ataukah engkau menghendaki Allah sebagai pendampingmu yang menggembirakan?
Kemudian Isa turun dari gunung itu dan pergi ke sebuah desa. Dari beberapa desa tempat tinggal Bani Israil, maka Isa berkata: “Assalamu’alaikum ya Banii Israil“.
Mereka berkata: “Siapakah engkau, hai hamba Allah?”, sungguh kebagusan wajahmu telah menyinari rumah-rumah kami“.
Kata Isa as: “Saya adalah Ruh Allah (Isa), ibuku telah meninggal dunia dalam rantauan, maka tolonglah saya untuk memandikan, mengkafani dan memakamkannya“.
Kata mereka: “Hai Ruh Allah, sungguh di gunung itu banyak ular besar dan ular-ular lainnya yang belum pernah ditempuh atau dilewati oleh para ayah kami dan nenek kami sejak tiga ratus tahun“.
Maka Isa kembali ke gunung, lalu ia dapatkan dua orang pemuda yang yang bagus keduanya. Kemudian Nabi Isa memberi salam dan keduanyapun membalas salamnya Nabi Isa.
Kata Nabi Isa: “Sungguh ibuku telah meninggal dunia dalam rantauan di gunung ini, maka tolonglah aku untuk mempersiapkan pemakamannya“.
Kata salah seorang dari keduanya: “Ini adalah Malaikat Mikail dan saya adalah Malaikat Jibril dan ini adalah obat tubuh dan kain kafan dari Tuhanmu“.
Dan para bidadari jelita turun sekarang ini dari surga untuk memandikan dan mengkafaninya.
Maka Jibril menggali kuburnya di puncak gunung itu sesudah mereka menyolatinya dan mengiringkan jenazahnya.
Nabi Isa Berbicara Dengan Ibunya Yang Sudah Wafat
Nabi Isa berdoa: “Ya Allah sungguh Engkau mengetahui tempatku dan mendengar perkataanku dan tidak sedikitpun urusanku yang tersembunyi bagi Engkau, maka ibuku telah meninggal dunia sedang saya tidak menyaksikannya diwaktu wafatnya. Maka izinkanlah dia berkata kepada saya“.
Maka Allah ta’ala memberikan wahyu kepada Isa: “Sungguh Aku telah memberikan izin kepadanya“.
Isa pergi ke kuburan ibunya dan berdiri diatas kuburan itu seraya menyeru kepada ibunya dengan suara yang mengandung risau: “Assalamu’alaiki duhai ibu“. Ibunya menjawab dari dalam kuburnya: “Hai anakku, kekasihku dan buah mataku!”
Isa: “Wahai ibu, bagaimana engkau dapatkan tempat pembaringanmu kepada Tuhanmu?”
Maryam: “Tempat pembaringanku adalah sebaik-baik tempat pembaringan, dan tempat kembaliku adalah sebaik-baik tempat kembali, sedang saya saya datang menghadap Tuhanku, saya tahu bahwa Dia telah menerimaku dengan rela, puas dan tidak marah“.
Isa as: “Duhai ibu, bagaimana engkau dapatkan rasa sakitnya mati?”
Maryam: “Demi Allah yang telah mengutusmu sebagai nabi dengan sebenar-benarnya, belum hilang rasa pedihnya mati dari tenggorokanku dan demikian juga wibawa yang menakutkan dari Malaikat juru pati belum hilang dari pandangan mataku; ‘alaikas salam hai kasih sayangku sampai hari kiamat”.
Subhanallah, begitu mulianya Maryam, ia wafat dalam keadaan husnul khatimah dan mendapatkan tempat yang sebaik-baiknya tempat dialam kuburnya. Namun, ia tetap masih merasakan rasa sakitnya sakaratul maut. Semoga kita selalu menjaga semua amal ibadah kita untuk bekal di akhirat kelak.
Sekian cerita tentang Detik-Detik Wafatnya Siti Maryam Ibunda Nabi Isa as, semoga bermanfaat dan sekian terimakasih 🙂