Isi Surat Mohamed Al-Beltagy Untuk Putrinya Yang Mengharukan – Dr. Mohamed Beltagy seorang petinggi Ikhwanul Muslimin di Mesir menuliskan surat untuk putri tercintanya Asma al-Beltagy yang berusia 17 tahun dan tewas tertembak dalam peristiwa “Rabu Hitam” Agustus 2013 tahun lalu. Serangan oleh pasukan keamanan dan militer mesir itu menewaskan ratusan orang. Ayah Asma hanya bisa menangis, menunduk sambil bertekuk lutut saat mengetahui anaknya tewas dalam operasi pembersihan oleh militer Mesir.
Isi Surat Mohamed Al-Beltagy Untuk Putrinya Yang Mengharukan
Inilah surat yang sangat mengharukan yang ditulis oleh Al-Beltaji untuk Asma putrinya:
Putriku tercinta yang telah menjadi guruku yang terhormat, Asma al-Baltaji!
Ayah tak akan mengucapkan selamat tinggal kepadamu, putriku. Esok kita akan berjumpa lagi.
Engkau telah hidup dengan kepala tegak, memberontak melawan tirani dan belenggu dan engkau mencintai kemerdekaan.
Engkau telah hidup sebagai seorang pencari cakrawala baru untuk membangun kembali bangsa ini, menganggap tempat ini menjadi bagian dari peradaban.
Engkau tidak pernah menyibukkan dirimu pada segala hal yang menyibukkan remaja-remaja seusiamu. Meskipun pendidikan di negeri ini gagal memenuhi aspirasi dan ketertarikanmu, namun kau selalu menjadi yang nomor satu di kelasmu.
Ayah tak memiliki sesuatu yang cukup berharga dalam hidupmu yang singkat ini, juga ayah tak punya cukup waktu untuk menghabiskannya bersamamu. Terakhir kali kita duduk bersama di alun-alun Rabaa al-Adawiyah, engkau mengatakan kepadaku “Walaupun ayah bersama kami, ayah tetap sibuk” dan ayah menjawab “Tampaknya waktu kehidupan di dunia ini tidak akan cukup bagi kita untuk menikmati kebersamaan. Jadi, ayah berdoa kepada Allah agar kita bisa menikmatinya nanti di surga“.
Dua malam sebelum engkau dibunuh, ayah melihatmu dalam mimpi. Kau mengenakan gaun pengantin putih dan engkau terlihat begitu anggun. Ketika kau duduk di samping ayah, ayah bertanya kepadamu: “Apakah ini malam pernikahanmu?” Dan kau menjawab: “Sekarang siang ayah, bukan malam“.
Ketika mereka mengabarkan kau terbunuh pada Rabu sore itu, ayah baru mengerti apa yang kau maksud dan ayah tahu Allah telah menerima jiwamu sebagai syuhada. Kau memperkuat keyakinan ayah bahwa kita berada di atas kebenaran dan musuh kita dalam kepalsuan.
Yang membuat ayah merasa bersalah dan sakit adalah karena ayah tidak berada disampingmu dan melihatmu untuk yang terakhir kalinya. Ayah tak mencium dahimu dan tak sempat mengimami sholat jenazah dan doa di pemakamanmu.
Wahai putriku sayang, demi Allah ayah tidak takut dengan apapun yang akan terjadi pada hidup ayah atau penjara yang tidak adil itu. Ayah akan membawa pesan dari jiwamu untuk menyelesaikan revolusi revolusi ini kearah kemenangan dan mencapai tujuannya.
Jiwamu telah diangkat tinggi dengan kepala tegak melawan tirani. Peluru tajam telah menembus dadamu, jiwa yang murni. Ayah yakin, kau ikhlas kepada Allah dan Dia telah memilihmu diantara kita untuk memuliakanmu dengan pengorbanan ini.
Akhirnya, putriku dan guruku tercinta.
Ayah tidak akan mengucapkan selamat tinggal. Kita akan segera bertemu kembali dengan Nabi kita tercinta dan para sahabatnya di surga, dimana keinginan dan harapan kita untuk bersama akan menjadi kenyataan.
Itulah Isi Surat Mohamed Al-Beltagy Untuk Putrinya Yang Mengharukan, begitu hebat dan luar biasa sosok gadis muda asal Mesir yang berjuang demi menegakkan keadilan. Semoga kisah Asma Al-Beltagy ini dapat memotivasi dan menginspirasi kita para muslimah untuk berani berjuang dalam menegakkan keadilan dan kebenaran. Semoga bermanfaat dan sekian terimakasih 🙂