Inilah Sikap Rasulullah Ketika Istrinya Sedang Marah

Inilah Sikap Rasulullah Ketika Istrinya Sedang Marah – Sahabat Muslimah, sebagai seorang suami, tugas dan tanggung jawab bukan hanya membahagiakan sang istri, tidak juga hanya semata mata memperlakukannya dengan baik tanpa menyakitinya, atau melakukan kewajiban suami terhadap istri, sebaliknya juga kewajiban istri terhadap suami.

Lebih dari itu semua, seorang suami diuji justru saat sang istri melakukan kesalahan yang menyukut emosinya atau ketika sang istri marah kepadanya. Karena disebabkan oleh suatu hal entah itu kesalahan atau karena kecemburuan bahkan tuduhan perselingkuhan dalam rumah tangga sehingga tidak termasuk ciri-ciri suami yang durhaka terhadap istri.

Nah Sahabat, Bagaimana sikap Rasulullah ketika istri beliau sedang marah? Untuk lebih jelasnya silahkan simak ulasan berikut ini dengan seksama.

Inilah Sikap Rasulullah Ketika Istrinya Sedang Marah

Wanita merupakan pribadi yang lemah, dan sangat mengandalkan hati dan perasaan, sehingga hal yang bersifat sensitif akan sangat berimbas pada emosionalnya. Sebagaimana dalam hadist berikut :Artinya : “Nasehatilah para wanita karena wanita diciptakan dari tulang rusuk yang bengkok dan yang paling bengkok dari tulang rusuk adalah pangkalnya, jika kamu mencoba untuk meluruskannya maka dia akan patah namun bila kamu biarkan maka dia akan tetap bengkok. Untuk itu nasehatilah para wanita.” (Hadits Bukhari Nomor 3084).

Dalam hadist tersebut dijelaskan bahwa, karakter wanita memang kaku seperti tulang rusuk yang bengkok. Jika sebagai suami anda memaksa meluruskannya maka alhasil rusuk tersebut akan patah dan menyebabkan perpisahan dalam pernikahan anda.

Faktanya banyak sudah kasus perceraian yang disebabkan oleh hal yang demikian. Dimana sang suami tidak dapat mengadapai kemarahan istri, sehingga menimbulkam konflik yang lebih besar.

Namun, ada beberapa karaker istri yang memang kemudian sangat dibenci oleh Rasul, Ibnu Umar berkata:

Rasulullah pernah mengungkapkan sindiran atas perilaku para istri yang memang seringkali tidak menyenangkan suaminya. Rasulullah bersabda: “Wahai para wanita, perbanyaklah sedekah dan istighfar, sungguh saya melihat kebanyakan kalian adalah penghuni neraka.” Lalu seorang wanita berbadan gemuk dari mereka bertanya, “Wahai Rasulullah, kenapa kami yang paling banyak masuk ke dalam neraka?” Beliau menjawab: “Kalian banyak melaknat dan mengkhianati perlakuan suami, saya tidak pernah melihat makhluk berakal yang akal dan agamanya kurang selain kalian.

Wanita tersebut kembali bertanya, “Wahai Rasulullah, apa yang di maksud dengan kekurangan akal dan agama?” beliau menjawab: “Adapun akalnya kurang disebabkan karena kesaksian dua orang wanita sama dengan kesaksian seorang laki-laki, ini termasuk dari kekurangan akal. Kalian berdiam beberapa hati tidak shalat dan berbuka di bulan Ramadan adalah bukti kurangnya agama kalian.” (Hadits Ibnu Majah Nomor 3993)

Cara Rasulullah Menghadapi Istri Marah

Kehidupan pernikahan merupakan salah satu kehidupan yang harusnya dijalani dengan keharmonisan dan kebahagiaan menjadi keluarga sakinah mawa’dah warohmah . Namun, adakalanya didalamnya terdapat bumbu-bumbu pertengkaran, sangat wajar memang karena pada faktanya menikah merupakan mengabungkan dua karakter manusia yang berbeda namun disatukan dalam mencapai tujuan pernikahan.

Dalam kehidupan rumah tangga, yang akan sering marah dan ngambek-ngambekan tentu saja sang istri, hal ini sesuai dengan sifat alamiah wanita yang lebih emosional dan mengandalkan perasaan. Hal ini lah tentu yang kemudian menguji para suami. Nabi Shalallahu ‘Alaihi Wassallam bersabda;Artinya : “Orang yang paling baik di antara kalian adalah orang yang paling baik terhadap isterinya, dan aku adalah orang yang paling baik terhadap isteriku.” (Hadits Ibnu Majah Nomor 1967)

Sebagai seorang suami dalam menghadapi istri yang sedang marah, anda dapat mencontoh bagaimana cara Rasulullah menghadapi istri marah yang patut diteladani. Beberapa cara tersebut antara lain yakni.

1. Tidak Membalasnya dengan Kemarahan Balik

Sebagi panutan umat muslim diseluruh dunia Rasulullah juga memiliki istri yang tentunya memiliki sifat manusiawi sebagaimana wanita lainnya. Aisyah yang merupakan istri Rasulullah pun pernah marah kepada beliau. Namun, Rasulullah SAW merupakan pribadi yang tidak pernah marah kepada istri. Hal tersebut dapat dilihat dalam kisah berikut. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pernah mengalami hal itu. Imam Bukhari dan beberapa imam hadits meriwayatkannya.

Hari itu, Rasulullah sedang menemui sejumlah tamu yang tidak lain adalah para sahabat beliau. Tiba-tiba terdengar suara piring pecah. Ternyata Aisyah baru saja memukul piring berisi makanan yang dibawa oleh pembantu Zainab untuk disuguhkan kepada Rasulullah. Piring itu pecah dan makanannya pun jatuh.

Menyaksikan insiden tersebut Rasulullah tidak marah. Beliau tidak merasa harga dirinya turun. Beliau tidak merasa kehormatannya dipermalukan. Beliau tidak merasa khawatir disebut sebagai suami yang tidak mampu mendidik istrinya untuk mengendalikan emosi. Sama sekali tidak.

Rasulullah mendekati mereka dengan tenang, seperti tak terjadi apa-apa. Lalu beliau memunguti makanan dari kurma tersebut dan meletakkannya di sisa-sisa piring, kemudian membawanya ke majelisnya semula untuk dimakan bersama para tamu.

Maaf… ibu kalian sedang cemburu,” kata Rasulullah kepada para sahabatnya. Tak lupa, beliau mengganti piring yang sudah pecah tersebut dengan piring yang utuh untuk dibawa kembali oleh pembantu kepada Zainab.

Demikianlah akhlak agung Rasulullah. Khuluqun ‘adhiim. Beliau tidak mempermasalahkan masalah, namun menyelesaikan masalah. Beliau tahu saat itu Aisyah sedang cemburu karena di hari giliran Aisyah, Zainab mengirimkan makanan untuk Rasulullah. Maka Aisyah pun memecahkan piring sebagai ekspresi kecemburuannya.

Begitulah Rasulullah memecahkan masalah dengan bijak. Beliau tidak memarahi Aisyah karena memarahi istri yang sedang marah akan menimbulkan masalah baru. Masalah semula tidak terselesaikan, justru suami istri terlibat pertengkaran. Rasulullah tidak melakukan itu.

2. Bersikap Sabar

Dalam sebuah riwayat, Rasulullah bersabda kepada Aisyah,Artinya : “Sesungguhnya aku tahu kapan kamu suka kepadaku dan kapan kamu marah kepadaku.’ Aisyah bertanya; ‘Dari mana engkau mengetahui itu, ya Rasulullah? ‘ Rasulullah menjawab: “Ketika kamu sedang suka kepadaku, maka kamu akan mengatakan; Demi Tuhan Muhammad’. Dan ketika kamu sedang marah kepadaku, maka kamu akan mengatakan; ‘Demi Tuhan Ibrahim.’ Aisyah berkata, “Demi Allah ya Rasulullah, memang yang tidak saya sebut ketika saya sedang marah hanyalah nama engkau.” (Hadits Muslim Nomor 4469).

Rasulullah SAW mengajarkan akhlaq terpuji yakni untuk selalu bersikap sabar. Demikianpula saat menghadapi istri yang sedang marah. Sikap sabar harus selalu dikedepankan. Karena Allah SWT sendiri dalam firmannya akan memberikan pahala yang luar biasa bagi mereka yang bersabar. Sebagaimana QS Az-Zumar ayat 10 sebagai berikut :
Artinya : “Katakanlah: “Hai hamba-hamba-Ku yang beriman. bertakwalah kepada Tuhanmu”. Orang-orang yang berbuat baik di dunia ini memperoleh kebaikan. Dan bumi Allah itu adalah luas. Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah Yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas.” (Surat Az-Zumar Ayat 10)

3. Menyikapinya dengan Kasih Sayang

Ketika sedang marah, Aisyah pernah melontarkan ucapan kasar kepada Rasulullah. Dia berkata, “Engkau orang yang mengaku-ngaku sebagai Nabi!” Akan tetapi Rasulullah tetap menyikapinya dengan penuh kasih sayang dan penghargaan. Rasulullah hanya tersenyum dan tidak sedikit pun terlihat marah.

Jika bukan Rasulullah mungkin ceritanya akan berbeda. Seorang laki-laki biasa jika mendengar istri melontarkan kata-kata kasar tentu akan sangat marah bahkan tak segan-segan memukul.

Namun, Rasulullah mengajarkan kepada para suami agar menyikapi kemarah istri dengan kasih sayang. Tentunya hal ini patut dicontoh agar dapat meredam kemarahan istri sehingga tidak menimbulkan konflik yang lebih besar.

4. Melarang Bersikap Kasar Kepada Istri yang Sedang Marah

Suatu kali pernah terjadi perselisihan antara Rasul dan Aisyah hingga mereka melaporkan kepada Abu Bakar dan memintanya menjadi mediator. Kemudian Rasulullah berkata, “Mereka semua ada di sekelilingku, seperti yang kau lihat mereka semua sedang meminta nafkah (lebih) dariku.” Maka Abu Bakar pun segera berdiri menghampiri ‘Aisyah dan memukulnya. Demikian juga dengan Umar, dia berdiri menghampiri Hafshah dan memukulnya. Lantas keduanya berkata: “Mengapa kalian meminta kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam sesuatu yang tidak dimilikinya?

Lalu keduanya menjawab: “Demi Allah, kami tidak akan meminta kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam sesuatu yang tidak dimilikinya.

Lalu beliau ber’uzlah dari mereka selama sebulan atau selama dua puluh sembilan hari. Kemudian turunlah ayat: “Wahai Nabi, katakanlah kepada isteri-isterimu, -sampai Firman-Nya- Bagi orang-orang yang baik di antara kalian pahala yang besar“. Dia berkata: Beliau memulainya dari ‘Aisyah, beliau berkata kepadanya: “Wahai ‘Aisyah, sesungguhnya saya hendak menawarkan suatu perkara kepadamu, dan saya harap kamu tidak tergesa-gesa dalam memutuskannya hingga kamu meminta persetujuan dari kedua orang tuamu.

Aisyah berkata: “Apa itu wahai Rasulullah? Maka beliau pun membacakan ayat tersebut di atas kepadanya.” Aisyah berkata: “Apakah terhadap anda, saya mesti meminta persetujuan kepada orang tuaku?! Tidak, bahkan saya lebih memilih Allah, Rasul-Nya dan Hari Akhir, dan saya mohon kepada anda untuk tidak memberitahukan pernyataanku ini kepada isteri-isterimu yang lain.

Beliau menjawab: “Tidaklah salah seorang di antara mereka meminta hal itu kepadaku kecuali saya pasti memberitahukan hal ini kepadanya. Sesungguhnya Allah Ta’ala tidak mengutusku untuk memaksa orang atau menjerumuskannya, akan tetapi Dia mengutusku sebagai seorang pengajar dan orang memudahkan urusan.” (Hadits Muslim Nomor 2703)

Dalam kisah yang diceritakan diatas Rasulullah sangat melarang berbuat kasar kepada istri seperti memukul hingga melukainya. Namun, pada faktanya banyak suami yang kemudian tersulut emosi atas kemarahan istri. Sehingga memberikan pelajaran kepada istri dengan memukulnya agar patuh. Apapun alasannya hal ini todak dibenarkan. Tentunya teladan Rasul diatas sangat patut untuk dicontoh.

5. Memaafkan

Memafkan kesalahn orang lain merupakan salah satu akhlaq terpuji. Bahakan Allah SWT merupakan Maha Pemaaf sebagimana FirmanNya berikut ini :Artinya : “Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya.” (Surat Ali ‘Imran Ayat 159)

Begitupula dalam menghadapi istri yang marah. Rasulullah mengajarkan kita untuk memafkan semua kesalahan orang lain, apalagi istri sendiri. Oleh karena itu, memafkan perbuatan istri saat sedang marah sangat dianjurkan.

Karena istri yang sedang marah, semua perkataan dan perbuatannya sedang dikendalikan oleh syetan. Oleh karena itu, dengan memaafkannya maka kita tidak akan menimbulkan masalah baru lainnya yang lebih pelik.

Cara Rasulullah menghadapi istri marah tentu sangat patut untuk diteladani dan ditiru. Maka dengan begitu kita dapat menjadi suami yang memiliki akhlaq baik dan sempurna. Meneladani sikap Rasul juga merupakan upaya untuk dapat meningkatkan keimanan dan keislaman kita. Baca juga cara melamar wanita menurut islam, hukum nikah gantung dalam islam, mencari jodoh dalam islam, tips ta’aruf dalam islam, tips move on dalam islam.

Demikian ulasan tentang Inilah Sikap Rasulullah Ketika Istrinya Sedang Marah. Semoga dapat bermanfaat dan menambah ilmu pengetahuan untuk kita semua. Terimakasih.