Wanita Bersahabat Dengan Pria Beristri, Inilah Etikanya!!! – Berbicara masalah persahabatan yang berbeda lawan jenis ini sangat menarik perhatian saya, kenapa? karena memang pada dasarnya semua wanita yang sudah berumah tangga akan merasakan kekecewaan dan bahkan tersakiti oleh sesuatu yang bernama “perselingkuhan“. Selingkuh bukan berarti suami memiliki pacar atau orang spesial diluar sepengetahuan istrinya. Tetapi juga bersahabat dengan wanita tanpa adanya batasan-batasan sesuai dengan syariatnya.
Menjalin persahabatan dengan lawan jenis memang bukan suatu perkara yang diharamkan atau dilarang. Karena dalam pergaulan dan bersosialisasi pasti adanya interaksi antara laki-laki dan perempuan. Namun jika sahabat priamu sudah beristri, tentulah kita harus menjaga sikap dan beretika sesuai dengan aturannya.
Lalu bagaimana jika persahabatan itu sudah terjalin lama hingga bertahun-tahun? bahkan sebelum sahabatmu itu mengenal istrinya? Tentu saja, apapun alasannya tetap semua akan berubah. Persahabatan akan berbeda dan berubah dari sebelumnya.
Nah perlu sahabat Muslimah ketahui nih, terutama bagi yang masih single yang ga tau bagaimana perasaan seorang wanita ketika suaminya chatting-an yang menurutnya ga penting-penting banget dan di waktu yang gak pas, bahwa sebenarnya tidak ada persahabatan intens lawan jenis setelah adanya sebuah pernikahan.
Karena tidak pantas lagi jika kamu membutuhkan pertolongannya setiap kali ada masalah atau sedang kesepian dengan sering menghubungi atau menelponnya, menemuinya, memintanya untuk datang membantumu. Yaah, walaupun sekedar online bareng atau telponan. Kalo ga penting-penting amat mendingan jangan deh, percayalah ada hati yang tersakiti dibelakang sikap atau chatting-anmu itu 😀
Wanita Bersahabat Dengan Pria Beristri, Inilah Etikanya!!!
Perlu diketahui bahwa Islam sangat menjaga adab pergaulan antar lawan jenis, jelas beda dengan pergaulan bebas yang membolehkan laki-laki dan perempuan saling berpelukan saat jumpa, berangkulan, cium pipi, bersandar, manja, pegang tangan meskipun sudah memiliki istri, jalan bareng. Dalam Islam terdapat batasan-batasan pergaulan antara laki-laki dan perempuan terutama bagi yang sudah berkeluarga demi menjaga keutuhan dan keharmonisan rumah tangga.
Berikut ini ada beberapa hal terkait dengan etika yang sebaiknya sahabat Muslimah perhatikan saat berteman atau bersahabat dengan pria yang sudah memiliki istri:
1. Berkhalwat di ruang chat
Meskipun secara fisik tidak berduaan dengan jarak yang dekat, tetapi berduaan di ruang chat baik BBM, WhatsApp, Messenger, Line dan lain sebagainya juga memiliki bahaya yang sama. Sama seperti halnya ngobrol berdua tanpa ada pihak ketiga. Sehingga hal ini sangat berbahaya, terlebih jika setiap kali chat, segera end chat agar tidak diketahui orang lain terutama pasangannya. Hal ini akan menimbulkan banyak kecurigaan dan negative thinking.
Berbeda jika isi atau topik pembicaraan seputar pentingnya pekerjaan, ilmu, tugas, dan sebangsanya itu diperbolehkan . Tetapi jika hanya sekedar iseng, say hello, bersenda gurau, sekedar membalas PM (Personal Message) di sosmed atau saling balas-balasan komentar, yang pada akhirnya berujung pada kenyamanan dan ketergantungan haruslah dihindari.
Jika suatu hari istrinya mengetahui hal itu, pasti akan sangat melukai hatinya dan menghilangkan kepercayaannya padamu dan suaminya. Karena kamu ataupun suaminya telah merusak kepercayaannya. Sehingga hal itu akan berdampak buruk kepada dirimu sendiri.
2. Jangan berduaan (berkhalwat)
Rasulullah SAW bersabda:
“Jangalah seorang laki-laki berkhalwat (berduaan) dengan seorang perempuan, melainkan yang ketiga dari mereka adalah syetan”. (HR. At-Tirmidzi)
Dalam Islam, berduaan dengan lawan jenis yang bukan mahramnya dilarang dan merupakan perbuatan dosa, apalagi berduaan dengan lawan jenis yang sudah berstatus menikah. Jangan mentang-mentang sahabatan sejak kecil, sudah terbiasa seperti kakak adik, sudah sangat nyaman dalam urusan ngobrol, jalan berduaan, kemana-mana bareng sampai terbiasa lelendotan.
Ingat bahwa ketika sahabat priamu sudah menikah, berarti kita sahabatnya harus sadar diri dan wajib merubah segala sikap yang dapat menimbulkan fitnah dan dosa.
Sadari bahwa istrinya sudah pasti merasa tidak nyaman dengan kedekatan kalian berdua, apalagi dalam Islam pun memang dilarang melakukan khalwat dengan yang bukan mahromnya. Dan tidak ada persahabatan antara laki-laki dan perempuan dengan kedekatan yang cukup intens kecuali didalamnya terdapat benih-benih rasa.
3. Berbicara dan berbusana sopan
Bagi sebagian orang mungkin hal wajar jika berbicara lembut, manja, dan berbusana seksi. Namun tidak bagi Muslimah. Jika berbicara atau ngobrol bersama laki-laki (sahabat atau suami orang) hendaknya jangan bernada yang dapat menimbulkan daya tarik terutama juga penampilan dan gaya busana. Hal ini perlu diperhatikan. Jangan sampai semua hal itu merusak pikiran laki-laki yang sedang bersama denganmu. Tidak terkecuali kamu terbiasa seperti itu dengan sahabatmu.
4. Jaga jarak
Menjaga jarak seperti mengurangi intensitas kedekatan. Bukan berarti harus dengan sikap bermusuhan. Karena permusuhan itu sendiri pun dilarang. Yang benar adalah mengurangi frekuensi pertemuan yang tidak terlalu penting, mengurangi komunikasi, senda gurau, jalan bareng dan jangan ada lagi pertemuan yang hanya berdua saja, juga tidak ada lagi kirim-kirim pesan baik secara sembunyi-sembunyi ataupun terang-terangan.
Hal ini bukan berarti bermusuhan, melainkan menghentikan total bentuk-bentuk hubungan yang bersifat intim dan pribadi. Jika ada waktu yang tepat untuk bertemu, maka ajaklah istrinya untuk ikut bergabung. Tidak ada lagi kesempatan hanya untukmu, meskipun kamu bersama dengan teman-temanmu yang lainnya. Karena saat ini sudah ada penghalang antara kamu dengan sahabat priamu.
5. Foto berdua
Secara etika, foto berduaan antara wanita dan pria yang sudah beristri, apalagi dengan gaya yang sangat akrab tentu saja akan menyakiti perasaan istrinya. Hal yang cukup terlihat sepele bagimu ini tidak mustahil dapat meretakkan keharmonisan rumah tangga sahabatmu.
6. Hormati dan hargai istrinya dengan menjaga sikap
Komitmen dalam pernikahan itu bukanlah perkara main-main. Bila sahabat priamu itu masih menghubungimu, mengajak jalan atau sekadar makan bareng berdua denganmu, itu artinya kamu harus mulai membatasi hubungan persahabatan kamu dengannya. Bagaimana pun kamu harus menghormati dan menjaga perasaan istrinya.
Terlebih bila istrinya sudah mengetahui persahabatan kalian, sebaiknya kamu mulai menjaga sikap. Hindari berbuat hal yang bisa membuat istrinya curiga dan berprasangka buruk melihat keakraban kamu dengan suaminya.
7. Dekatilah istrinya
Katanya sahabat pria itu lebih mengasyikkan, lebih asyik diajak ngobrol, lebih seru diajak hang out, lebih nyaman diajak curhat dan lain sebagainya. Namun ingatlah ketika ia telah beristri, itu tandanya kamu juga harus mendekati istrinya. Jika ada keperluan apapun kepada sahabat priamu, maka tanyakanlah terlebih dulu pada istrinya. Misalnya, saat kamu ingin bertanya sesuatu, maka tanyakanlah terlebih dahulu pada istrinya, jika istrinya tidak tahu maka ia akan bertanya pada suaminya lalu menyampaikannya padamu.
Sahabat Muslimah, berteman baik dengan laki-laki itu tidak dilarang, yang dilarang jika pertemanan atau persahabatanmu dapat merusak hubungan baik yang dibangun susah payah oleh sahabatmu bersama keluarganya. Memang terkadang persahabatan yang bukan muhrim bisa disalahartikan, padahal hanya sekedar teman biasa, namun karena seringnya berkomunikasi, banyak waktu dihabiskan bersama dan cukup perhatian justru membahayakan. Oleh karenanya, sebagai wanita kita harus bisa menjaga hati agar tidak ada orang yang tersakiti karena tingkah dan perilaku kita.
Nah itulah beberapa point penting tentang etika yang menjadi batasan interaksi wanita dengan pria yang sudah beristri. Meskipun saat ini kita berada di arus pergaulan bebas yang amat deras, semoga kita semua tetap senantiasa dapat menjaga silaturahmi dengan baik dan sesuai dengan syariat Islam. Semoga tulisan kali ini tentang Wanita Bersahabat Dengan Pria Beristri, Inilah Etikanya!!! dapat memberikan manfaat bagi kita semua para Muslimah. Aamiin