[HIKMAH] Nabi Muhammad Saw Rasul Tersibuk di Akhirat

Rasul Tersibuk di Akhirat

Nabi Muhammad Saw Rasul Tersibuk di Akhirat – Catatanmoeslimah.Com – Ketika Nabi Adam, Nabi Nuh, Nabi Ibrahim, dan Nabi Isa alaihimus mengangkat tangan ketika dimintai syafaat oleh kaum mukminin di padang Mahsyar, Nabi menjadi satu-satunya nabi yang mampu memenuhinya.

Bahkan, saat berada di surga, dia masih sibuk memikirkan umatnya, bahkan terus meminta pertolongan Tuhan dari mereka. Termasuk mereka yang sudah terlanjur dalam siksaan bara jahannam.

Nabi Muhammad Saw Rasul Tersibuk di Akhirat

Ini seperti yang dijelaskan dalam hadits Nabi Muhammad berikut: “Pada hari kiamat, orang-orang beriman akan mendatangi Adam As dan berkata, ‘Allah telah memerintahkan para malaikat untuk bersujud kepadamu, maka mintalah Allah untuk menjadi perantara bagi kami. Namun, Adam meminta kami (orang-orang beriman) untuk meninggalkan tempat kami dan berkata, ‘Di sini saya tidak dapat memenuhi permintaan Anda. Lalu pergilah ke Nuh.’ Namun, Nabi Nuh As juga memberikan jawaban yang sama, ‘Di sini saya tidak bisa memenuhi permintaan kalian.’

Orang-orang beriman tetap di sana sampai mereka diperintahkan untuk menemui Khalilullah Ibrahim (as). Mereka kemudian bertemu dengannya. Tapi Ibrahim As menjawab, ‘Di sini kami tidak bisa memenuhi permintaanmu. Maka datanglah kepada Nabi Isa As karena dia adalah ruh dan kalam Allah.” Dosa-dosa yang lalu dan yang akan datang,’” (HR Khuzaimah).

Nabi Muhammad Saw Rasul Tersibuk di Akhirat

Namun, hal tersebut bukanlah suatu kebetulan karena Rasulullah SAW memang seorang utusan yang memiliki perhatian besar terhadap keselamatan umatnya. Bahkan, ketika diberi pilihan oleh Allah, antara memilih separuh umatnya untuk masuk surga dengan syafaat, Nabi Muhammad SAW memilih syafaat. Karena cakupan syafaat lebih luas dan merupakan hak setiap muslim yang beriman.

Hal ini seperti diungkapkan dalam salah satu haditsnya, di mana dia berkata: “Tahukah kamu apa yang dipilih Tuhanku malam ini?” Para sahabat menjawab, “Allah dan Rasul-Nya lebih tahu.” Ia melanjutkan, “Sesungguhnya Dia memberiku pilihan antara separuh umatku masuk surga dengan syafaat, maka aku memilih syafaat,” (HR ath-Thabrani).

Bahkan, tiket salat Nabi yang mujarab telah disiapkan untuk menjadi syafaat bagi umatnya di akhirat nanti. Bahkan, doa-doa mujarab para nabi lainnya telah digunakan di seluruh dunia, seperti hadits berikut ini:

لِكُلِّ نَبِيٍّ دَعْوَةٌ مُسْتَجَابَةٌ يَدْعُو بِهَا، وَأُرِيدُ أَنْ أَخْتَبِئَ دَعْوَتِي شَفَاعَةً لِأُمَّتِي فِي الآخِرَةِ

Artinya, “Setiap nabi memiliki doa mustajab yang dapat dipergunakannya. Namun, aku ingin menyimpan doa (mustajab)-ku untuk memberi syafaat kepada umatku di akhirat,” (HR Al-Bukhari).

Pertanyaannya, umatnya yang mana yang akan mendapatkan syafaatnya? Pertanyaan ini penting untuk dijawab agar kita sekarang serius dalam memperjuangkan syafaat Nabi Muhammad di akhirat nanti. Secara umum, syarat utama untuk mendapatkan syafaat Nabi. adalah tiga. Yang pertama adalah mati tanpa menyekutukan Allah. Hal ini ditekankan dalam kata-katanya:

أُشْهِدُكُمْ أَنَّ شَفَاعَتِي لِكُلِّ مَنْ مَاتَ لَا يُشْرِكُ بِاللَّهِ شَيْئًا

Artinya, “Aku bersaksi kepada kalian bahwa syafaatku diperuntukan bagi setiap muslim yang meninggal tidak menyekutukan Allah dengan apapun,” (HR Abu Dawud). Syarat yang kedua adalah meninggal dalam keadaan membawa keimanan walaupun hanya sebesar biji sawi. Hal itu seperti yang digambarkan dalam haditsnya:

أَقْرَعُ بَابَ الْجَنَّةِ فَيُفْتَحُ بَابٌ مِنْ ذَهَبٍ وَحِلَقُهُ مِنْ فِضَّةٍ، فَيَسْتَقْبِلُنِي النُّورُ الْأَكْبَرُ، فَأَخِرُّ سَاجِدًا، فَأُلْقِي مِنَ الثَّنَاءِ عَلَى اللَّهِ مَا لَمْ يُلْقِ أَحَدٌ قَبْلِي، فَيُقَالُ لِي: ارْفَعْ رَأْسَكَ، سَلْ تُعْطَهْ، وَقُلْ يُسْمَعْ، وَاشْفَعْ تُشَفَّعْ، فَأَقُولُ: أُمَّتِي، فَيُقَالُ: لَكَ مَنْ كَانَ فِي قَلْبِهِ مِثْقَالُ شَعِيرَةٍ مِنْ إِيمَانٍ، قَالَ: ثُمَّ أَسْجُدُ الثَّانِيَةَ، ثُمَّ أُلْقِي مِثْلَ ذَلِكَ، وَيُقَالُ لِي: مِثْلُ ذَلِكَ، وَأَقُولُ: أُمَّتِي، فَيُقَالُ لِي: لَكَ مَنْ كَانَ فِي قَلْبِهِ مِثْقَالُ خَرْدَلَةٍ مِنْ إِيمَانٍ،

Artinya, “Aku mengundi pintu surga. Tiba-tiba dibukakan satu pintu dari emas dan lengkungnya dari perak. Kemudian aku disambut oleh cahaya yang agung. Aku pun langsung bersujud seraya menyampaikan pujian kepada Allah dengan pujian yang belum pernah disampaikan seorang pun sebelumku. Disampaikanlah kepadaku, ‘Angkatlah kepalamu. Mintalah, niscaya engkau akan diberi. Berkatalah, niscaya engkau akan didengar. Meminta syafaatlah, niscaya engkau akan diberi syafaat.’ Aku pun berkata, ‘Umatku…!’ Lantas dijawab, ‘Engkau berhak menolong orang yang dalam hatinya ada keimanan walau seberat biji gandum.’ Aku pun bersujud kedua kalinya dan menyampaikan pujian yang sama dan disampaikan lagi kepadaku jawaban yang sama. Lalu terus memohon lagi, ‘Umatku…!’ Disampaikan kepadaku, ‘Engkau berhak menolong orang yang dalam hatinya ada keimanan walaupun sekecil biji sawi.’”

Syarat ketiga adalah anda telah mengucapkan kalimah thayyibah atau kalimah Lailahaillah dengan ikhlas, sebagaimana disampaikan dalam kelanjutan hadits di atas:

ثُمَّ أَسْجُدُ الثَّالِثَةَ، فَيُقَالُ لِي: مِثْلُ ذَلِكَ، ثُمَّ أَرْفَعُ رَأْسِي فَأَقُولُ: أُمَّتِي، فَيُقَالُ لِي: لَكَ مَنْ قَالَ: لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ مُخْلِصًا

Artinya, “Aku bersujud ketiga kalinya dan disampaikan kepadaku jawaban yang sama. Setelah itu, aku mengangkat kepala dan memohon lagi, ‘Umatku…!’ Lalu disampaikan kepadaku, ‘Engkau berhak menolong orang yang mengucap ‘Lā ilāha illallāh’ dengan ikhlas,’” (HR Abu Ya’la).

Itulah sepak terjang Rasulullah saw di akhirat nanti. Sungguh beliau adalah nabi yang paling sibuk di akhirat dan sangat memperhatikan keselamatan umatnya. Ia rela menyimpan doa-doa terbaiknya agar bisa menolong manusia dari badai akhirat. Semoga kita termasuk orang yang mendapatkan syafaat kelak. Wallahu a’lam.