Imam Ahmad bin Hanbal Menghadapi Setan saat Sakaratul Maut

Kisah Imam Ahmad bin Hanbal yang Menghadapi Godaan Setan saat Sakaratul Maut

Kisah Imam Ahmad bin Hanbal yang Menghadapi Godaan Setan saat Sakaratul Maut

Kisah Imam Ahmad bin Hanbal Menghadapi Godaan Setan – Catatanmoeslimah.Com – Terkenal di kalangan ulama nasehat, kisah tentang perbuatan dan rayuan setan ketika seorang hamba menghadapi ajal. Setan berdiri di kiri dan kanannya dengan tujuan merusak iman dan keyakinan hamba dan mengajaknya untuk bergabung dengannya dalam siksaan neraka.

Setan di sebelah kanan muncul dalam wujud ayah dari orang yang sekarat itu. Sedangkan setan di sebelah kiri muncul dalam wujud ibunya.

Seperti seorang ayah kepada seorang anak yang sangat dia cintai, iblis di sebelah kanan berkata, “Wahai anakku, aku selalu mencintaimu, aku sangat mencintaimu. Tetapi ayah saya meninggal memeluk agama Kristen. Karena, kekristenan adalah agama yang paling baik.”

Iblis di sebelah kiri berwujud ibunya juga mengatakan hal yang sama, “Wahai anakku, sebelum perut ibumu menjadi tempatmu, air susu ibu adalah minumanmu, dan kedua paha ibumu adalah pijakanmu. Tapi ibu meninggal memeluk orang Yahudi. Karena, Yudaisme adalah agama terbaik.”

Riwayat ini disebutkan oleh Abu al-Hasan al-Qasi al-Maki. Sejarah yang bermakna juga disebutkan oleh al-Ghazali dalam Kasyfu ‘Ulumil Akhirah.

Oleh karena itu, Umar bin al-Khathab selalu berpesan, “Ajarilah orang-orang di antara kamu yang sedang menghadapi kematian dengan kalimat Lailahaillah. Karena mereka melihat sesuatu yang tidak kamu lihat.”

Di sisi lain, sakaratul maut adalah akhir dari pertempuran antara setan dan manusia yang mencoba mengakhiri hidup mereka dengan kalimat tauhid, sebagai puncak pencapaian atas apa yang dicanangkan oleh Nabi Muhammad. dalam hadits.

مَنْ كَانَ آخرُ كَلَامه لَاإلَهَ إلَّا اللهُ دَخَلَ الْجَنَّةَ

Artinya, “Siapa saja yang di akhir perkataannya adalah kalimat Lailahaillah, maka ia berhak masuk surga.”

Oleh karena itu, dalam upaya menghindari tipu muslihat setan yang selalu ingin mencelakai orang yang sekarat, kita harus membimbing mereka dengan kalimat tahid: La ilaha illallah.

Namun terkadang, kalimat “La ilaha illallah” yang kita tujukan kepada orang yang sekarat ditolak oleh mereka sehingga kita tidak boleh berprasangka buruk terlebih dahulu. Hal ini karena penolakan tersebut juga bisa menjadi upaya untuk menghilangkan tipu muslihat iblis yang ada dihadapannya.

Imam Ahmad bin Hanbal mengalami kehadiran setan sebelum meninggal, seperti yang diceritakan oleh putranya Abdullah bin Ahmad.

Sebelum Imam wafat, Abdullah bin Ahmad di sisinya bersiap memegang kain untuk mengikat rahangnya. Pendeta itu tampak berkeringat. Dengan asumsi dia telah menghembuskan nafas terakhirnya, dia kemudian sadar kembali dan berkata, “Tidak, menjauhlah! Tidak, menjauhlah!” Dia mengatakan itu berkali-kali.

Oleh Abdullah bin Ahmad, Sang Imam ditanya, “Wahai ayah, apa yang engkau inginkan dari perkataan itu?”

Sambil terbata-bata, ia bercerita, “Tadi setan berdiri di sampingku sambil menggigit jari-jarinya. Ia berkata, ‘Wahai Ahmad, aku kehilanganmu (tak sanggup menyesatkanmu).’ Aku menjawab, ‘Tidak, menjauhlah! Tidak menjauhlah!’”

Demikian pula ketika Imam Abu Ja‘far wafar, orang-orang yang menghadirinya berkata, “Ucapkanlah: ‘La ilaha illallah!’” Namun, Sang Imam malah menjawab, “Tidak! Tidak!”

Tatkala tersadar, mereka bercerita dan Sang Imam menjelaskan, “Tadi aku kedatangan setan di sebelah kanan dan kiriku. Salah satunya berkata, ‘Meninggallah engkau dalam keadaan memeluk Yahudi, sebab ia adalah agama terbaik.’ Yang lainnya juga berkata, ‘Meninggallah dalam keadaan memeluk Nasrani, sebab ia adalah agama terbaik.’ Maka dari itu, tadi aku mengatakan, ‘Tidak! Tidak!’”

Ketika Allah menghendaki kematian seorang hamba dalam keadaan baik, maka Dia akan menurunkan rahmat melalui malaikat Jibril. Dengan turunnya malaikat Jibril, maka wajah hamba itu akan terhapus dan segala yang menutupinya akan hilang.

Pada saat yang sama, dua iblis yang mencoba menggodanya diusir. Menurut Imam Al-Ghazali, salah satu upaya mengundang malaikat Jibril untuk turun sebelum orang yang sekarat adalah dengan berwudhu untuk orang tersebut. (Lihat: Syekh Abdul Wahab asy-Sya’rani, Syarh Mukhtashar Tadzkirah al-Qurthubi, halaman 12).

Dari penjelasan dan petikan kisah di atas, dapat ditarik beberapa pelajaran berharga:

  1. Sakaratul Maut adalah pertempuran sengit antara seorang hamba dengan setan yang menggodanya. Padahal, selamat atau tidaknya seorang hamba di akhirat bisa ditandai dengan kesanggupannya menghadapi godaan tersebut.
  2. Orang yang sedang menghadapi pintu kematian, hendaknya didampingi dan dibimbing untuk mengucapkan kalimat “La ilaha illallah”.
  3. Ketika ada perlawanan dari orang yang sekarat yang dituntun untuk mengucapkan kalimat “La ilaha illallah” kita harus bersikap ramah. Sebab, mungkin dia sudah berhasil menyingkirkan godaan setan, seperti yang dihadapi Imam Ahmad bin Hanbal dan Imam Abu Ja’far.
  4. Salah satu upaya mengundang rahmat Allah bagi orang yang akan meninggal dunia adalah dengan berwudhu. Sebab, menurut al-Ghazali, malaikat Jibril selalu hadir di hadapan orang yang berwudhu sebelum meninggal. Wallahu a’lam.

Sumber: https://islam.nu.or.id/